Judul : Akhlak Terpuji Versus Akhlak Tercela
Youtube : https://youtube.com/live/RSi3RNuno-s?feature=share
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak² yang mulia.”
Aqidah yang benar, beribadah sesuai dengan sunnah akan tertutupi jika berakhlak yang buruk, contoh :
– Sebagian orang yang sudah mengaji dakwah sunnah akan tetapi masih memutuskan hubungan rahim (tidak berkomunikasi) dengan rahim²nya atau karib kerabatnya karena satu dan lain hal.
– Penyimpangan² syahwat, sudah mengaji, sudah mengenal dakwah namun masih berhubungan dengan yang bukan mahram, akhirnya terjadilah pacaran yang terselubung bahkan ini ditingkat para ustadz
Fadhilatus Syaikh Prof Dr. Sulaiman bin Salim Ar Ruhaili ketika beliau ditanya tentang Apakah hukumnya seorang laki laki berhubungan dengan perempuan? Apakah ini termasuk disebut dengan khalwat yang terlarang jika hubungan tersebut melalui media sosial?
Syaikh menjawab, bahkan Demi Allah ini lebih parah daripada berhubungan secara langsung tidak melalui media sosial, kadang ada wanita yang afifah (suci) tidak pernah berhubungan didunia nyata dengan laki² yang bukan mahramnya, tapi kemudian ia ingin mencari solusi lantas permasalahan keluarganya kemudian ia bertanyalah kepada seorang penuntut ilmu (ustadz), akhirnya timbullah disitu hubungan gelap atas nama dakwah, terkadang perempuan tersebut menjelek-jelekan suaminya lebih dari sewajarnya seorang perempuan bertanya tentang keadaan keluarganya dihadapan ustadz, kemudian ustadz tersebut menjawab dengan jawaban yang indah akhirnya ia tidak pernah mendapatkan jawaban tersebut dari seorang lelaki bahkan suaminya. Maka terjadilah pacaran terselubung antara sang ustadz dengan perempuan tersebut.
Dan ini muaranya ada pada akhlak, yaitu akhlak yang terpuji versus dengan akhlak yang tercela. Jangan bermain² dengan syahwat yang haram!!
Tentang godaan wanita
– Abdullah bin Mas’ud mengatakan,
النساء حبائل الشيطان
“Perempuan itu adalah tali kailnya syaithan”
– Sa’id bin Musayyib mengatakan, “Syaithan tidak pernah putus asa dari sesuatu apapun, kapan syaithan putus asa mengganggu si fulan maka ia akan mengganggu dari syahwat terhadap perempuan yang diharamkan.”
– Dalam urusan harta tercela akhlaknya, berhutang tidak dibayar, usaha bersama lalu menipu dari usaha bersama tersebut, ketika dilihat orang tersebut sudah ngaji dan sudah kenal dakwah.
Bahwasanya jika sudah berhutang maka ia tidak tahu menahu, padahal Rasul Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
من أخذ أموال الناس يريد إتلافها أتلفه الله
“Siapa yang mengambil harta manusia (berhutang) dan ia telah berniat dari awalnya tidak akan bayar dari awalnya, maka pasti akan hancur hartanya tersebut.”
Dakwah Salafiyyah dibangun atas 2 pilar yang sangat besar :
1. Tashfiyah, Menghilangkan hal² yang buruk dari kaum muslimin
2. Tarbiyah, Dididik agar istiqomah
Dan begitulah seorang alim rabbani mendidik ummatnya.
Akhlak yang terpuji yang sangat penting dalam kehidupan sehari² :
1- Akhlak Ikhlas
Ikhlas secara bahasa diambil dari kata أخلص – يخلص artinya murni / bersih / suci / Terlepas dari campuran apapun dan kotoran apapun
Oleh karenanya, Allah menamai surat قل هو الله أحد dengan Al Ikhlas, karena didalam surat tersebut memurnikan, membersihkan, mensucikan Allah dari segala macam sekutu dan tandingan didalam ibadah
Adapun Ikhlas secara istilah syariat (Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah) adalah
ألا تطلب على عملك شاهدا غير الله ولا مجازيا سواه
“Engkau tidak mencari seorang yang menyaksikan (melihat) atas amalmu dan memberikan penghargaan (ganjaran) atas amalmu selain Allah”
Pengertian Akhlak adalah “Tabiat yang sudah melekat didalam diri seorang muslim kemudian akan keluar dari seorang muslim tanpa harus berfikir panjang tanpa dibuat². Jika perbuatan tersebut baik maka akhlak terpuji, jika perbuatannya buruk maka akhlak tercela.”
Termasuk akhlak terpuji adalah ikhlas didalam beramal ibadah, manfaatnya adalah seseorang akan istiqomah didalam amal² shalehnya saat ia mengabdikan beribadah kepada Allah baik ibadah محضة atau غير محضة. Contoh : Akhlak yang ikhlas akan membuat istiqomah ketika ia tidak peduli apakah ia dilihat manusia atau tidak dilihat manusia, apakah ia dipuji manusia atau tidak dipuji manusia karena tujuannya adalah ridha Allah Ta’ala. Allah berfirman dalam Surat Al Ahqaf ayat 13 dan Fushshilat ayat 30,
إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا…
“Sesungguhnya oranh² yang mengatakan Rabb Kami adalah Allah kemudian mereka istiqomah..”
Dalil yang menunjukkan bahwa orang yang ikhlas pasti istiqomah didalam amalnya, dalam ibadahnya, dalam perjuangan dakwahnya dan didalam apa saja.
Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan surat Fushshilat ayat 30 yang dimaksud dengan sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Rabb Kami adalah Allah maksudnya merekalah orang-orang yang ikhlas beramal karena Allah murni tanpa ada campuran sedikitpun kecuali hanya karena Allah.
Abdullah bin Abbas, Imam Malik, Al Hafidz Ibnu Hajar perkataannya hampir sama,
ما كان لله أبقى
“Sesuatu yang karena Allah itu yang akan kekal”
Contoh :
Abdurrahman bin mahdi beliau mengajarkan Al Qur’an dari mulai zaman kekhalifahan Utsman bin Affan sampai kepada raja khalifah Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi sekitar 40 tahun, beliau duduk dan tidak pernah absen, tidak pernah berhenti dan tugasnya hanya mengajari Al Qur’an, ketika ditanya apa yang menyebabkan engkau duduk selama ini? Maka beliau menjawab, hadits yang berbunyi خيركم من تعلم القرآن وعلمه “Sebaik² kalian adalah yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya”
Kita memerlukan orang² yang ikhlas tidak hitung²an (duit) dalam berkorban mengurus pesantren, mengurus masjid. Orang yang ikhlas ia tidak peduli yang datang S2, S3, hafal ini hafal itu, kemudian dijadikan sebagai mudir pendidikan, ia tidak peduli yang penting Saya berjuang melalui pesantren ini tanpa ada perlu saya tau saya dapat jabatan apa. Apapun pekerjaannya apapun jabatannya saya tidak peduli, inilah orang ikhlas.
الفضل للمبتدي وإن أحسن المقتضي
“Keistimewaan bagi yang memulai dari awal meskipun yang mengikuti setelahnya lebih baik amalnya (perbuatannya).”
Karena orang inilah yang berjuang (babat alas).
الدعوة مزرعة الأخرة
“Dakwah itu ladang pahala bukan ladang nyari duit” (Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam Kitabnya Ad Daa’ wa Ad Dawaa’)
Siapa saja yang ikut andil dalam dakwah maka harus ada akhlak ikhlas didalamnya.
Keikhlasan yang menyebabkan istiqomah pasti mendatangkan keberkahan
Jangan pernah menyepelekan sebuah kepanitiaan dalam dakwah, atau dalam sebuah kelembagaan pendidikan, atau pengurusan masjid, maka jika ia ikhlas menghasilkan istiqomah mesti akan ada keberkahan untuk anak²nya, istrinya, dalam rumahnya atau rumah tangganya.
Jangan dikira mengurus masjid disia²kan oleh Allah maka tidak akan pernah Allah sia²kan, maka orang yang memakmurkan masjid akan Allah berikan petunjuk (ada konsep keberkahan).
{ إِنَّمَا یَعۡمُرُ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمۡ یَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ فَعَسَىٰۤ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ أَن یَكُونُوا۟ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ }
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk. (At Taubah : 18)
Orang tua yang shaleh ada konsep keberkahan
Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma mengatakan ketika menafsirkan 2 anak yatim yang ditolong rumahnya oleh Nabi Khidir Alaihissalam dalam surat al kahfi وكان أبوههما صالحا _Dan orang tua dari dua anak tersebut adalah orang tua yang shaleh_ kata Abdullah ibnu Abbas yakni “kedua anak tersebut akan dijaga oleh Allah dengan sebab keshalihan orang tuanya.”
2- Akhlak Qana’ah
Qana’ah secara bahasa قنع يقنع قنوعا artinya ialah orang yang rela, adapun Qana’ah secara istilah syariat disebutkan oleh Imam Suyuthi dalam kitab معجم مقاليد العلوم Qana’ah ada 3 unsur ; “Rela dengan sesuatu yang kurang dari cukup, Tidak mencari yang tidak ada, mencukupkan dengan yang ada.”
Sifat Qana’ah ini sangat penting didalam kehidupan kita sehari², seorang suami yang selingkuh tentu hal ini dikarenakan tidak memenuhi 3 unsur qona’ah, tidak pernah merasa cukup.
Selingkuh itu pengkhianatan terbesar setelah kesyirikan kenapa? karena Allah tidak pernah menyebutkan sebuah perjanjian dengan kata ميثاقا غليظا (perjanjian yang agung) kecuali dua point; untuk tauhid dan untuk pernikahan. Allah ta’ala sebutkan dalam surat An Nisâ ayat 21.
Godaan perempuan tidak hanya untuk orang yang belum ngaji bahkan lebih dahsyat godaan tersebut untuk orang yang sudah ngaji.
– Sufyan Ats Tsauri Rahimahullah ketika menafsiri surat An Nisâ وخلق الإنسان ضعيفا ‘manusia diciptakan dalam keadaan lemah’, apa maksudnya lemah ini? Yaitu “seorang perempuan lewat dihadapan seorang laki-laki maka laki-laki ini tidak akan sanggup kecuali akan melihat pada perempuan tersebut, padahal ia cuma sekedar hanya bisa melihat, ia tidak bisa ngapa²in, maka alangkah lemahnya laki² seperti ini.”
– Said bin Musayyid diceritakan oleh Ali bin Zaid (murid beliau) umurnya 84 tahun salah satu matanya sudah tidak bisa melihat, yang satu rabun, beliau berkata “tidak ada sesuatu yang paling Aku takutkan kecuali perempuan”
Obatnya adalah qana’ah.
Termasuk pembicaraan para ulama, Potret dari qana’ah adalah beristri satu.
Contoh qana’ah yang lain :
– Seorang perempuan tidak merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh suaminya akhirnya ia berdagang dan mencoba berusaha, ketika ditanya : cukup dari suami? Cukup sebenarnya, apabila ada kata sebenarnya itu menunjukkan bahwa ada tapinya…
Allah berfirman:
{ مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ }
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl : 97)
Maksud dari tafsiran “فلنحيينه حيواة طيبة” kata Ali bin Abi Thalib ialah, “Kehidupan yang baik adalah qana’ah (merasa puas) dengan pemberian Allah Ta’ala.”
3- Seseorang senantiasa muhasabah terhadap amal ibadah yang ia lakukan
Muhasabah dari kata حاسب – يحاسب artinya menghitung bilangan, adapun secara istilah syariat disebutkan oleh Imam Mawardi dalam kitab Adab Ad Dunya wa Ad Diin “Mengingat² dimalam hari akan perbuatan siang hari, jika baik maka ia syukuri dan bertekad untuk melanjutkan, jika buruk maka ia koreksi dan berniat berhenti dan bertekad untuk tidak melanjutkan.”
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا يوم القيامة
“Hitung diri kalian sebelum kalian dihitung pada hari kiamat.” (Umar bin Khattab)
Kami dapati anak² yang bermasalah saat di lembaga pendidikan (pesantren) maka kebanyakan mereka adalah orang² yang bermasalah didalam rumahnya, salah satu point terbesar ialah peran ayah kurang, karena ayah adalah raja dalam rumah, ayah itu semestinya seorang anak curhat dan mengadu kepada dia, anak laki dan perempuan harus dekat dengan ayahnya, ada figur yang anak ambil dari ayahnya.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, seorang laki² pemimpin dirumah tangganya.”
Akhlak yang Tercela :
1- Al Ghaflah (الغفلة)
غفل – يغفل – غفلة
Secara bahasa ialah “meninggalkan sesuatu karena lalai atau bahkan karena sengaja” sebagaimana dalam surat Al Anbiyâ’ ayat 1 : … وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ مُّعۡرِضُونَ “..sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat).”
Ghaflah secara istilah syariat dalam kitab Faidul Qadir yang ditulis Imam Al Munawi Rahimahullah adalah “hilangnya rasa untuk semestinya sesuatu yang harus dirasa.”
Dan ghaflah (lalai) tercela dalam agama islam. Contoh:
– Lalai dari belajar ilmu agama.
– Lalai dari membaca Al Qur’an.
5 interaksi manusia dengan al Qur’an:
1. Mendengarkan
2. Mempelajarinya
3. Membacanya
4. Menghafalnya
5. Mengamalkannya
– Lalai seseorang mengerjakan amalan² yang wajib bahkan melanggar larangan² Allah karena terlalu berambisi ingin dapat dunia.
– Lalai dengan permainan-permainan (game..).
– Lalai saat bermaksiat (mati rasa ketika berhadapan dengan yang haram)
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Kadang dosa kecil tetapi dibarengi dengan sedikit malu saat mengerjakan dosa tersebut, tidak peduli atau acuh tak acuh dengan dosa tersebut, tidak takut kepada Allah dengan dosa tersebut, bisa² dosa kecil tersebut bisa ditulis disisi Allah sebagai dosa besar dan ini semua apa yang tertanam didalam Qolbu (Hati).”
Dalam Surat Al Hadid ayat 16 Allah berfirman :
{ ۞أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ }
“Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyu mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka) dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.”
2- Kemunafikan
Kemunafikan diambil dari kata نفق yang artinya Terputusnya sesuatu dan hilangnya sesuatu tersebut, adapun secara istilah syariat ialah
إظهار الخير وإسرار الشر
memperlihatkan kebaikan dan menutupi keburukan
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Orang yang berpura² yang tidak pada asalnya itu seperti memakai dua topeng.”
3- At Tharf (الطرف)
Dalam bahasa ialah terlalu bermegah²n didalam nikmat, sedangkan dalam istilah syariat ialah melampaui batas sewajarnya didalam nikmat (terlalu berlebih-lebihan).
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Jauhilah oleh kalian sikap terlalu berlebih-lebihan didalam kemewahan. Karena hamba² Allah bukan orang yang berlebih-lebihan dalam kemewahan.”
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya yang paling berhak kalian ambil upahnya adalah mengajari Al Qur’an.”
Asalkan tidak berlebih-lebihan

Nailul Authar
*Donasi Ramadhan di MABA:*
• Rekening 7200710066 Bank BSI
*Dukung Wakaf MABA:*
• Rekening 7200710070 Bank BSI (kode 451)
• a.n Yayasan Islam Abdurrahman bin Auf
*Info dan Konfirmasi* : 0822-3708-4024
*Broadcast by :*
| KLIK SUNNAH